Bacaan Niat Sholat Idul Adha Arab Serta Tata Caranya (Lengkap)

 

Samudranesia.id – Kalian sedang mencari bacaan niat sholat idul adha? simak penjelasan kami pada kesempatan kali ini ya, kami akan membahas soal Niat sholat idul adha dan hukum sholat idul adha. Berikut penjelasannya.

Niat merupakan salah satu pokok penting dalam pelaksananaan amal shaleh apalagi untuk beribadah. seseorang ibadahnya tidak sah jika tiidak disertai dengan niat yang benar. Dan niat adanya di hati yang mempunyai arti adanya kesengajaan dalam melakukan amal saleh atau ibadah tertentu.

Para ulama’ fiqih berpendapat bahwa niat memiliki fungsi dalam dua aspek. Pertama niat bisa dikatakan untuk membedakan antara ibadah dengan aktifitas yang lainnya, kedua bisa membedakan antara dua ibadah yang berbeda seperti sholat dan sedekah, sholat idul adha dan idul fitri.

Niat berupa getaran batin yang artinya tidak wajid untuk dilafadzkan, cukup dengan adanya kerentek dalam hati apa yang ingin dikehendaki” dibunyikan” dalam hati. Namun alagkah baik nya dilafazdkan agar hati kita lebih konsentrasi terhadap niat, terlebih bagi orang yang memiliki penyakit waswas.

Tentang Idul Adha

niat sholat idul adha
يُعرَّف عيد الأضحى أو ما يُسمّى بالعيد الكبير بأنّه: العيد الذي يحتفلُ به جميع المُسلمين في اليوم العاشر من شهر ذي الحجة،[١] وقد شرعه الله -تعالى- لعباده؛ ليفرحوا بما وفّقَهم إليه من عبادة فيما سَبقه من أيّام العَشر الأُوَل من الشهر؛ كصيام يوم عرفة، والتكبير، والتهليل، والصدقة، وغير ذلك من العبادات.[٢

Artinya: idul adha disebut juga dengan sebutan ‘idul kabir karena hari raya yang dimeriahkan oleh semua orang muslim pada hari 10 dzulhijjah, dan sudah ditetapkan dalam syariat islam untuk beribadah pada hari itu. Supaya mereka bergembira atas pertolongan allah pada hari itu yaitu bisa beribadah pada 10 hari awal bulan dzulhijjah. Seperti puasa hari arafah, Takbir, tahlil, sedekah dan masih banyak yang lainnya.

Hukum Sholat Idul Adha

Dalam kitab fathul qorib dijelaskan sebagai berikut:

وصلاة العيدين أي الفطر والأضحى (سنة مؤكدة) وتشرع جماعة ولمنفرد ومسافر وحر وعبد وخنثى، وامرأة لا جميلة ولا ذات هيئة، أما العجوز فتحضر العيد في ثياب بيتها بلا طيب،

sholat dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha hukumnya adalah sunnah muakkad.

Sholat hari raya disunnahkan untuk berjama’ah bagi orang sendirian, musafir, orang merdeka, budak, huntsa dan wanita yang tidak cantik dan tidak dzatul haiat[1].

Sedangkan untuk wanita lanjut usia, maka sunnah menghadiri sholat hari raya dengan mengenakan pakaian keseharian tanpa memakai wewangian.

Waktu pelaksanaan sholat Ied adalah di antara terbitnya matahari dan tergelincirnya.

(1) روى البخاري (913) ومسلم (889) عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخْرج يومَ الفِطر والأضْحَى إلى المصَلى، فأوَلُ شيء يبدَأ بِهِ الصلاةُ، ثم يَنصَرِف، فيقومُ مقابلَ الناسِ، والناسُ جًلوسٌ على صُفوفِهم، فيعظهمْ ويُوصِيهِمْ ويَأمُرُهُم، فإنْ كانَ يريدُ أنْ يَقْطعً بَعثاً قطعَهُ، أو يَأمرَ بشيء أمرَ به، ثم ينصرف. يقطع بعثاً: يفرد جماعة يبعثهم للجهاد.

Artinya:

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radliyallahu ‘anh, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari raya Fitri dan idul Adlha keluar menuju mushalla (tempat shalat berupa tanah lapang), yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpindah (berpaling), berdiri menghadap orang-orang, sementara orang-orang (jama’ah shalat) tetap duduk di shaf-shaf (barisan) mereka, kemudian Rasululllah (berkhutbah) memberikan nasehat, memberi wasiat dan perintah kepada mereka. Jika beliau ingin untuk mengutus utusan (mengutus sekelompok orang untuk berjihad) maka beliau mengutusnya, atau ingin memerintahkan dengan sesuatu maka memerintahkannya, kemudian beliau pergi. “

(2) روى النسائي (3/ 111) وغيره، من حديث عمر رضي الله عنه أنه قال: وصلاةُ الفِطْرِ رَكْعَتَانِ، وصلاةُ الأضْحى ركْعَتانِ .. ثم قال: على لسانِ محمد صلى الله عليه وسلم. وعلى هذا الإجماع.

Imam al-Nasaai dan lainnya meriwayatkan dari hadits Umar bin Khaththab ra, bahwa beliau berkata: shalat Idul Fitri 2 raka’at, dan shalat idul Adlha 2 raka’at, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan atas adanya ijma’ ini.

Pelaksanaan Sholat Idul Adha

ووقت صلاة العيدين ما بين طلوع الشمس وزوالها (وهي) أي صلاة العيد (ركعتان) يحرم بهما بنية عيد الفطر أو الأضحى ويأتي بدعاء الافتتاح و (يكبر في) الركعة (الأولى سبعاً سوى تكبيرة الإحرام) ثم يتعوذ ويقرأ الفاتحة، ثم يقرأ بعدها سورة ق جهراً

Sholat ied adalah sholat dua rakaat, yaitu melakukan takbiratul ihram dua rakaat tersebut dengan niat sholat idul Fitri atau idul Adha dan membaca do’a iftitah.

Di dalam rakaat pertama membaca takbir tujuh kali selain takbiratul ihram, kemudian membaca ta’awudz, membaca surat Al Fatihah, dan membaca surat setelah Al Fatihah dengan mengeraskan suara.

Di dalam rakaat kedua membaca takbir lima kali selain takbir untuk berdiri, kemudian membaca ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah dan surat Iqtarabat dengan mengeraskan suara.

Niat Sholat Idul Adha

niat sholat idul adha

Niat Ketika Jadi Imam

أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (إِمَامًا) للهِ تَعَــــــــالَى

Ushallî rak‘ataini sunnata-li ‘îdil adl-hâ (imâman) lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Ketika Jadi Makmum

أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَــــــــالَى

Ushallî rak‘ataini sunnata-li ‘îdil adl-hâ (ma’mûman) lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘âlâ.”

Kesunahan Idul Adha

Pertama, Pada Malam hari raya menumandangkan Takbir baik di masjid atau di musholla terdekat dan dirumah. Yaitu dimulai dari terbenamnya matahari sampai keesok harinya ketika imam sudah naik ke mimbar untuk melaksanakan khutbah.
anjuran ini sebagaimana terdapat dalam kitab Raudlatut Thalibin:

فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ

Artinya: “Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.”

Kedua, mandi dihari raya idul adha sebelum berangkat sholat ke masjid.

يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل

“Disunnahkan mandi untuk shalat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, ata pertengahan malam.”

Ketiga, Disunnahkan memakai wewangian, memotong kuku dan rambut serta menghilangkan bau yang tidak sedap agar memperoleh keutamaan pada hari raya idul adha.

Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunnah ini,

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب

“Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.”

Keempat, memakai pakaian yang bagus, bersih lalu suci. Namun sebagian ulama menganjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih.

Dalam Kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.

“Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukupla ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.”

Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik, riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA

كَانَ يلبس في العيد برد حبرة

“Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari yaman).”

Kelima, disunnahkan untuk berjalan kaki ketika mau menunaikan shalat id di masjid bagi orang yang masih muda dan sehat jasmani. karena dengan berjalan kaki kita bisa silaturrohmi melalui saling bertegur sapa sesama jamaah lain yang hendak menuju masjid.

Sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar,

كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

“Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.”